CEO DeepMind Kasih Peringatan! Bahaya AI Lebih Besar dari Sekadar PHK Massal

百科 2025-06-11 01:09:40 3263
Warta Ekonomi,quickq充值渠道 Jakarta -

CEO DeepMind, Demis Hassabis, menegaskan bahwa ancaman terbesar dari kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) bukan sekadar soal hilangnya lapangan kerja, melainkan potensi penyalahgunaan teknologi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Dua-duanya memang risiko besar, tapi yang saya paling khawatirkan adalah penyalahgunaan AI,” kata Demis dalam wawancara dengan CNN pada ajang South by Southwest (SXSW) di London, dikutip Selasa (10/6).

CEO DeepMind Kasih Peringatan! Bahaya AI Lebih Besar dari Sekadar PHK Massal

CEO DeepMind Kasih Peringatan! Bahaya AI Lebih Besar dari Sekadar PHK Massal

Demis menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap pengembangan dan distribusi sistem AI, terutama saat ini ketika kekhawatiran global soal dampak teknologi tersebut terhadap pasar tenaga kerja terus meningkat. Apalagi sebelumnya, CEO perusahaan AI Anthropic juga telah memperkirakan bahwa AI bisa menghapus hingga setengah dari pekerjaan kantoran level awal.

CEO DeepMind Kasih Peringatan! Bahaya AI Lebih Besar dari Sekadar PHK Massal

Baca Juga: Samsung Siap Luncurkan Cline, Asisten AI Canggih untuk Programmer

CEO DeepMind Kasih Peringatan! Bahaya AI Lebih Besar dari Sekadar PHK Massal

Namun menurut Demis, ancaman paling serius justru datang dari kemungkinan disalahgunakannya artificial general intelligence (AGI), yaitu jenis AI yang memiliki kecerdasan setara manusia dan dapat disesuaikan untuk berbagai kepentingan.

“Teknologi ini bisa saja dimanfaatkan oleh pihak jahat untuk hal-hal berbahaya. Tantangannya adalah, bagaimana kita bisa membatasi akses ke sistem-sistem AI yang sangat kuat ini agar tidak disalahgunakan, tapi tetap memungkinkan orang baik menggunakannya untuk hal-hal luar biasa?" jelasnya.

Peringatan Demis sejalan dengan laporan dari sejumlah lembaga pemerintah Amerika Serikat. Pada Mei lalu, FBI melaporkan adanya kasus penggunaan AI untuk meniru suara pejabat negara. Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS tahun lalu telah mengategorikan AI sebagai ancaman terhadap keamanan nasional yang berpotensi menimbulkan dampak katastrofik.

Selain itu, penyebaran konten deepfake yang difasilitasi AI, termasuk dalam bentuk pornografi nonkonsensual, juga menjadi perhatian serius dan kini telah dilarang melalui Undang-Undang Take It Down di Amerika Serikat.

Baca Juga: Pengguna Aktifnya Capai 1 Miliar, Meta AI Siap Tawarkan Layanan Berbayar

Menghadapi situasi ini, Hassabis menyerukan pentingnya kerja sama global dalam membentuk regulasi bersama terkait penggunaan AI. Meski begitu, ia mengakui bahwa kondisi geopolitik dunia saat ini menyulitkan terbentuknya konsensus dalam waktu dekat.

“Memang sulit dengan kondisi geopolitik saat ini, tapi saya harap saat AI makin canggih, dunia akan sadar pentingnya aturan bersama,” ungkapnya.

Di tengah kekhawatiran itu, Hassabis tetap optimistis terhadap masa depan. Menurutnya, meskipun AI membawa disrupsi besar di pasar tenaga kerja, teknologi ini berpotensi menciptakan jenis pekerjaan baru yang bahkan lebih baik dari yang ada saat ini.

“Perubahan besar pasti terjadi. Biasanya, akan muncul jenis pekerjaan baru yang bahkan lebih baik dari yang digantikan. Kita lihat saja apakah itu juga akan terjadi kali ini," pungkasnya.

本文地址:http://www.quickq-yi.com/html/86c699227.html
版权声明

本文仅代表作者观点,不代表本站立场。
本文系作者授权发表,未经许可,不得转载。

全站热门

Polisi Diminta Segera Ungkap Penyebab Kebakaran Gedung Cyber Yang Tewaskan Dua Orang

PKB Bakal Gelar Muktamar di Bali, Pastikan Cak Imin Kembali Jadi Ketum

Makin Nyaman Menyusui, KAI Sediakan Ruang Laktasi di 178 Stasiun, Ini Daftarnya

Blusukan di Kawasan Cilandak, Anies

Jokowi Lantik 833 Perwira TNI dan Polri, Lulusan Terbaik dapat Penghargaan Adji Makayasa

Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Bismillahirrahmanirrahim, Saya Menyatakan Pengunduran Diri!

Layar Hitam Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Dicopot

Broker Global Octa Bagikan Tips Capai Kemerdekaan Finansial

友情链接